Kemarau GBT

Foto: Dokumen pribadi
Saat kemarau panjang menjelang, kata Suwari kepada saya, tambak garam di sekitar Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) akan mengering. Hal ini lantas menjadi kerugian bagi para petani tambak di sana, termasuk Suwari sendiri. Namun, hal demikian tak berlaku buat Bonek.
Bagi suporter Persebaya Surabaya itu, masa kemarau adalah berkah dan keringnya tambak garam menjadi anugrah. Keadaan tersebut memungkinkan mereka memiliki ‘jalur pintas’ menuju stadion guna mendukung tim kebanggaan.
Suwari menuturkan, melewati ‘jalur pintas’ yang berupa tambak itu memang lebih lancar ketimbang melewati jalan utamanya, yakni Jalan Stadion Gelora Bung Tomo. Dengan catatan, tambak tersebut harus benar-benar kering. Bila tidak, momen kocak beberapa tahun lalu adalah yang lantas akan terlihat.
Kala itu, kenang Suwari, puluhan Bonek terlihat melintasi tambak garam dari sisi arah barat. Tatkala mulai mendekati stadion, tiba-tiba langkah salah satu di antara mereka terhenti. Penyebabnya, kaki Bonek tersebut terbenam ke tambak yang belum kering benar.
Seketika, ia berteriak, “Jancoookkk!”
Suwari mengisahkan cerita tersebut sehari jelang pertandingan Persebaya Surabaya melawan Persib Bandung pada lanjutan Liga 1 2019, yang skor akhirnya 4–0 untuk kemenengan Persebaya. Tepatnya, pada Kamis (4/7/2019) sekitar pukul 17.00 WIB.
Saat itu, ia tengah berdiri di salah satu pelang tambak garam miliknya yang begitu dekat dengan lahan tempat ‘tertanamnya’ stadion.
“Di sekeliling bagian depan ini tambak semua, Mas. Yang di bagian sebelah sana sawah. Kalau stadionnya ini dulunya juga tambak,” ucap Suwari.
Sebagai seorang petani tambak, Suwari mengatakan bahwa momen ketika tambak kering dan Bonek memanfaatkannya sebagai jalur pintas, sebagaimana yang ia ceritakan sebelumnya, cukup mengganggu. Meski begitu, ia berusaha maklum.
Ia tahu bahwa melewati jalan utama untuk menuju stadion, lebih-lebih saat hari pertandingan, lebih-lebih lagi jika big match, akanterasa seperti menunggu lampu merah yang tak kunjung menjadi hijau. Macetnya minta ampun.
Bayangkan saja. Akses jalan menuju gerbang masuk stadion itu terbilang kecil. Nahasnya, ini mesti dilewati oleh puluhan ribu Bonek.
Pada awal 2019, pemerintah kota Surabaya memang sudah memperlebar jalan tersebut. Bahkan, kini berkali-kali lipat lebih lebar. Dari yang dulunya hanya bisa diisi oleh satu mobil menjadi bisa dilewati tiga sampai empat mobil sekaligus.
Dengan pelebaran tersebut, kemecatan mulai berkurang. Namun, menurut Suwari, hal tersebut tak serta-merta menyelesaikan masalah lantaran sebatas mengurangi. Sejumlah Bonek yang saya jumpai juga berkata serupa.
Kiki, misalnya. Ia memang bersyukur bahwa Jalan Stadion Gelora Bung Tomo sudah diperlebar. Namun, ia masih mengeluhkan jalan raya ke arah stadion yang hanya ada satu, yakni Jalan Jawar. Itu pun tak bisa dibilang luas.
Itu belum ditambah sejumlah jalan sebelum memasuki jalan tersebut yang juga punya bentuk serupa. Jalan di sekitar Benowo dan Sememi, misalnya. Hal inilah yang terkadang masih menyebabkan kemacetan, meski jalan menuju gerbang tadi sudah diperlebar.
“Kadang masih suka macet, Mas. Biasanya yang parah di dekat kelurahan (ia tak menyebut kelurahan apa),” tutur Kiki yang berasal dari Surabaya ini.
Saya menjumpai Kiki pada hari saat pertandingan melawan Persib dilangsungkan. Sebagai catatan, penonton yang hadir saat itu berjumlah 50 ribu lebih.
Lantas, bagaimana kondisi jalanan, terutama Jalan Stadion Gelora Bung Tomo dan Jalan Jawar, sebelum pertandingan tersebut digelar?
Dalam pantauan saya yang berangkat menuju stadion pada sekitar pukul 13.30 WIB, jalanan hari itu terhitung lancar. Hal ini diamini pula oleh Kiki tadi.
“Nggak begitu macet sih. Mungkin karena aku datengnya jam 1-an (lima jam sebelum pertandingan). Kalau jam-jam sekarang (sekitar 15.30 WIB) masih di jalan depan sana pasti bakal kena macet,” ucap Kiki.
Untuk membuktikan ucapan Kiki, saya juga coba menemui beberapa suporter lain. Salah satunya Idhar. Ia baru saja tiba di stadion sekitar pukul 17.00 WIB. Saya lantas bertanya bagaimana keadaan di jalan sebelum memasuki stadion.
“Macet parah, Mas. Rumahku nggak jauh, tapi baru sampe di sini sejaman lebih,” katanya.
Menurut Idhar, besar kemungkinan kemacetan hari itu disebabkan oleh adanya truk yang terguling di sekitar Benowo atau sebelum memasuki jalan menuju Stadion Gelora Bung Tomo.
Namun, biar bagaimana, Idhar tetap memprediksi bahwa kemacetan masih saja akan terjadi. Seperti yang sebelumnya sempat diucapkan Kiki, akses jalan yang kecil dan terbatas adalah alasannya.
“Semoga jalan di depan sini bisa dilebarin lagi atau ditambah. Report juga kalau tiap pertandingan harus kayak ini,” ujar Idhar.
*Pertama kali tayang di kumparan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar